Tag Archives: Industri Game

https://miaritz.com

Palworld vs Nintendo: Sengketa Hukum yang Menggemparkan Industri Game

Pocketpair, pengembang di balik fenomena game Palworld, secara resmi memberikan tanggapan terhadap gugatan hukum dari Nintendo. Dalam pernyataannya, mereka menolak klaim pelanggaran paten yang diajukan oleh The Pokémon Company dan menyebut paten tersebut tidak valid. Pocketpair berargumen bahwa mekanisme yang dipermasalahkan telah digunakan dalam berbagai game jauh sebelum Palworld dirilis, termasuk Ark: Survival Evolved, Titanfall 2, hingga The Legend of Zelda milik Nintendo sendiri.

Mereka menyoroti bahwa paten yang diajukan Nintendo antara Februari hingga Juli 2024 muncul setelah peluncuran awal Palworld pada Januari 2024. Pocketpair menyebutkan bahwa sistem dan fitur yang dipatenkan itu sejatinya telah digunakan dalam berbagai judul game lain, seperti Craftopia, Pocket Souls, Final Fantasy 14, Far Cry 5, dan bahkan beberapa seri lama dari Pokémon itu sendiri. Dalam dokumen hukum yang telah dipersiapkan, mereka menekankan kesamaan fitur antara Palworld dan sejumlah game tersebut, terutama dalam aspek penangkapan makhluk dan sistem penargetan di pertempuran.

Meski begitu, Nintendo menggugat Pocketpair atas tiga paten sekaligus, dan keberhasilan dalam satu saja bisa menjadi preseden yang merugikan. Menariknya, di tengah sengketa ini, Pocketpair tetap merilis Palworld untuk Nintendo Switch dan tengah mempertimbangkan versi untuk Switch 2. Mereka bahkan telah menghapus fitur Pal Spheres, yang mirip Pokéball, dalam update terakhir sebagai bentuk penyesuaian. Kasus ini menjadi sorotan besar dan akan menentukan arah masa depan salah satu game paling kontroversial tahun ini.

Frostpunk Belum Padam: 11 bit Studios Siapkan Petualangan Baru di Dunia yang Membeku

11 bit Studios, pengembang di balik seri strategi survival Frostpunk, resmi mengonfirmasi bahwa mereka sedang menyiapkan proyek baru yang masih berada dalam semesta ikonik tersebut. Game ini direncanakan rilis pada tahun 2027 dan akan memperluas eksplorasi dunia pasca-apokaliptik yang telah memikat banyak pemain sejak pertama kali diperkenalkan. Keputusan ini sekaligus menjawab spekulasi tentang kelanjutan IP Frostpunk setelah perilisan seri keduanya.

CEO 11 bit Studios, Przemysław Marszał, menyampaikan bahwa mereka sangat percaya dengan potensi jangka panjang dari dunia Frostpunk. Meski Frostpunk 2 menerima sambutan hangat dari media saat diluncurkan pada September lalu, tidak sedikit pemain yang mengungkapkan rasa kecewa terhadap sejumlah aspek gameplay. Menanggapi hal itu, tim pengembang tengah mengerjakan pembaruan dan konten tambahan demi menyempurnakan pengalaman bermain.

Tak hanya berfokus pada kelanjutan Frostpunk, 11 bit Studios juga mengembangkan dua proyek lain, termasuk IP baru yang berdiri di luar semesta beku tersebut. Salah satu proyek ambisius mereka, Project 8, sempat menarik perhatian sebelum akhirnya dibatalkan pada akhir 2024. Meski begitu, studio ini menjanjikan kejutan dalam beberapa pekan ke depan yang berkaitan dengan proyek barunya.

Dengan visi yang kuat untuk masa depan dan semangat dalam berinovasi, 11 bit Studios menegaskan komitmen mereka dalam menyuguhkan pengalaman bermain yang mendalam dan menantang. Para penggemar game strategi suram patut menantikan apa yang akan datang dari studio kreatif ini.

The Crew Ditutup, Gamer Meradang: Milik Sendiri atau Sekadar Izin Pakai?

Bayangkan suatu hari kamu membeli mobil impianmu. Tapi bertahun-tahun kemudian, pabriknya datang dan berkata, “Itu bukan milikmu, hanya izin pakai sementara.” Itulah gambaran dari kisah pelik yang kini menimpa Ubisoft. Setelah secara resmi menutup server The Crew pada Maret lalu, perusahaan game raksasa asal Prancis itu menghadapi gugatan hukum dari para pemain yang merasa hak mereka dirampas.

The Crew memang telah beredar sejak 2014 dan telah digantikan oleh The Crew Motorfest, namun keputusan Ubisoft untuk memutus total akses ke game ini dinilai terlalu drastis. Apalagi, kemasan game sempat menyatakan bahwa kode aktivasi berlaku hingga tahun 2099, membuat banyak pemain merasa tertipu. Ubisoft, melalui kuasa hukumnya, membela diri dengan menyatakan bahwa sejak awal, konsumen hanya membeli lisensi terbatas, bukan kepemilikan penuh.

Tak hanya itu, gugatan juga menyentuh isu mata uang digital dalam game yang dianggap setara dengan voucher hadiah. Berdasarkan hukum di California, voucher hadiah seharusnya tidak memiliki masa kedaluwarsa. Namun karena server dimatikan, seluruh mata uang dalam game tersebut menjadi tak bernilai, memunculkan pertanyaan baru dalam ranah hukum digital.

Ubisoft diberi batas waktu hingga 29 April untuk memberikan tanggapan resmi. Di sisi lain, komunitas modder telah mencoba menghidupkan kembali game ini lewat software buatan sendiri. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting: selama game digital bergantung pada server dan DRM ketat, hak akses pemain bisa dicabut kapan saja. Maka dari itu, sebelum membeli game digital selanjutnya, pastikan kamu tahu, itu benar-benar milikmu atau sekadar pinjaman sementara?

Judul: Star Citizen Kian Ambisius dengan Dana Rp12,8 Triliun, Tapi Rilis Masih Jadi Misteri

Proyek game luar angkasa ambisius besutan Cloud Imperium Games, Star Citizen, kembali menjadi sorotan. Game ini telah mengumpulkan dana fantastis yang kini menembus angka 800 juta dolar AS atau sekitar Rp12,8 triliun. Meskipun telah berjalan lebih dari satu dekade sejak kampanye awalnya di Kickstarter pada tahun 2012, versi final dari game ini masih belum terlihat jelas. Awalnya dijadwalkan rilis pada 2014, skala proyek yang terus membesar membuat Star Citizen terseret ke dalam pusaran penambahan fitur tanpa ujung atau yang dikenal sebagai “feature creep.”

Saat ini, Star Citizen masih berada dalam tahap paid alpha dan terus mendapatkan pembaruan reguler. Dalam kurun 11 bulan terakhir saja, Cloud Imperium berhasil meraih tambahan dana sebesar 100 juta dolar AS dari penjualan akses alpha serta paket kapal luar angkasa eksklusif yang menjadi daya tarik utama para pemain. Dukungan komunitas tetap tinggi, tetapi ketidakpastian rilis semakin menambah rasa penasaran banyak pihak.

Harapan kini mulai tertuju pada Squadron 42, spin-off dari Star Citizen yang berfokus pada gameplay single-player dengan narasi sinematik. Menghadirkan aktor-aktor papan atas seperti Mark Hamill, Gary Oldman, hingga Andy Serkis, game ini diklaim telah mencapai tahap “feature complete” sejak 2023 dan ditargetkan meluncur pada 2026. Namun, banyak yang masih skeptis mengingat sejarah penundaan panjang proyek induknya.

Pertanyaan besarnya kini, apakah Star Citizen akan menepati janji atau justru selamanya menjadi game yang tak kunjung selesai?

Star Citizen Sentuh Dana Rp12,8 Triliun, Tapi Kapan Game Ini Benar-Benar Rilis?

Proyek game luar angkasa ambisius Star Citizen garapan Cloud Imperium Games kembali menarik perhatian publik setelah berhasil mengumpulkan dana lebih dari $800 juta, atau sekitar Rp12,8 triliun. Namun, meskipun pengembangannya telah berjalan selama lebih dari 12 tahun, tanggal perilisan resmi game ini masih menjadi misteri. Star Citizen dimulai sebagai kampanye Kickstarter pada tahun 2012, dengan target rilis awal di 2014. Namun, proyek ini mengalami “feature creep”, yaitu penambahan fitur yang terus-menerus hingga arah pengembangannya menjadi kabur. Hingga kini, game tersebut masih dalam tahap alpha berbayar, yang terus mendapatkan pembaruan namun belum menampakkan versi final. Dalam waktu kurang dari satu tahun terakhir saja, Cloud Imperium berhasil meraup $100 juta dari penjualan akses alpha serta paket kapal luar angkasa eksklusif, mencerminkan antusiasme komunitas yang tetap tinggi. Harapan pemain kini mulai beralih ke Squadron 42, spin-off single-player yang menjanjikan pengalaman sinematik dan menghadirkan aktor besar seperti Mark Hamill, Gary Oldman, hingga Andy Serkis. Game ini diklaim telah mencapai tahap “feature complete” sejak 2023 dan ditargetkan rilis pada 2026. Namun, banyak yang skeptis dengan jadwal tersebut mengingat riwayat penundaan proyek induknya. CEO Cloud Imperium, Chris Roberts, menyatakan timnya masih fokus penuh menyelesaikan game ini, tapi hingga kini Star Citizen tetap menjadi simbol dari proyek game paling ambisius sekaligus penuh kontroversi. Apakah penantian panjang ini akan menghasilkan sesuatu yang sepadan, atau malah berakhir menjadi mitos yang tak pernah terwujud?

Spekulasi: Eidos-Montréal Sedang Mencari Penerbit untuk Game Deus Ex Terbaru

Laporan terbaru mengungkapkan bahwa Eidos-Montréal tengah aktif melakukan presentasi kepada mitra eksternal dan penerbit terkait pengembangan game Deus Ex yang baru.

Informasi ini dilaporkan oleh Insider Gaming. Jika Anda tertarik dengan berbagai game yang dikembangkan oleh Eidos-Montréal, Anda bisa membaca artikel kami lainnya di sini.

Eidos-Montréal Melakukan Pitching kepada Penerbit untuk Game Deus Ex Terbaru?

5 April 2025 – Menurut laporan Insider Gaming, Eidos-Montréal saat ini sedang giat melakukan pitching kepada sejumlah mitra dan penerbit untuk sebuah game baru dari waralaba Deus Ex.

Insider Gaming menyebutkan bahwa Eidos-Montréal telah beberapa kali mempresentasikan konsep game ini, meski sejauh ini belum ada penerbit yang memberikan komitmen pasti.

Baca juga: Game yang Disebut Sebagai “Spiritual Opium”, Saham Tencent Pernah Turun Drastis
Beberapa mitra dilaporkan meragukan potensi waralaba Deus Ex yang dianggap “terlalu spesifik” pada tahap ini. Sumber lain menambahkan bahwa meski telah diadakan beberapa pertemuan, banyak penerbit merasa enggan mengambil risiko finansial yang mungkin timbul dari proyek ini.

Gamedaim Hadir di TikTok! Ayo Follow kami di @gamedaimcom dan dapatkan berbagai konten menarik seputar dunia game.

Selain itu, Insider Gaming menyebutkan bahwa meskipun konsep game ini memiliki daya tarik dan keunikan, namun tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi atau standar yang biasanya terasosiasi dengan waralaba Deus Ex.

Perlu dicatat bahwa game Deus Ex terbaru ini berbeda dengan proyek Deus Ex yang sempat dikembangkan sejak tahun 2022, namun akhirnya dibatalkan pada Januari 2024 oleh Embracer Group.

Super Mario Kart World Bikin Geger, Harga Melonjak Tinggi di Nintendo Switch 2

Perilisan Nintendo Switch 2 diprediksi menjadi salah satu peluncuran konsol terbesar berkat antusiasme yang luar biasa serta deretan judul eksklusif yang sudah diumumkan. Salah satu game yang paling menyita perhatian adalah Super Mario Kart World, yang disebut-sebut sebagai game andalan pada konsol generasi baru ini. Meskipun kehadirannya memicu euforia di kalangan penggemar, muncul pula polemik di kalangan komunitas, terutama terkait banderol harga yang dinilai terlalu tinggi. Pengumuman dalam Nintendo Direct sebelumnya memang berhasil meningkatkan ekspektasi publik, namun polemik muncul saat harga game ini dirilis. Untuk versi digital, harga ditetapkan pada $80 USD, sementara versi fisiknya dipatok seharga $90 USD. Nilai ini berada di atas rata-rata game AAA pada umumnya, bahkan menyamai harga game dengan bundel DLC atau season pass. Reaksi keras pun bermunculan di media sosial, dengan sebagian besar netizen mengkritik kebijakan Nintendo yang dianggap terlalu komersial dan kurang peduli terhadap konsumen. Kekhawatiran turut muncul bahwa praktik harga tinggi ini bisa menjadi preseden bagi publisher lain untuk mengikuti jejak serupa. Namun, mengingat basis penggemar Nintendo yang sangat loyal dan game mereka hampir selalu laris di pasaran, tampaknya strategi ini tetap akan membuahkan hasil. Di tengah kabar rilis GTA VI yang juga dinantikan, harga-harga game yang semakin melambung pun mulai menjadi perhatian serius di industri game global.

Minecraft Tetap Berbayar, Mojang Tak Tergoda Tren Free-to-Play

Selama lebih dari 15 tahun, Minecraft telah menjadi salah satu game paling populer di dunia dan terus bertahan hingga saat ini. Kepopulerannya menimbulkan pertanyaan di kalangan gamer, apakah sudah saatnya game ini menjadi gratis dimainkan alias Free-to-Play? Menanggapi hal tersebut, pihak Mojang dan Microsoft memberikan jawaban yang cukup tegas.

Dalam wawancara bersama IGN, Ingela Garneij selaku produser eksekutif Minecraft menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk menjadikan game ini gratis dimainkan. Menurutnya, sistem yang diterapkan sejak awal, di mana pemain membeli game dan memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dunia Minecraft, adalah pendekatan yang tepat. Mojang ingin game ini tetap dapat diakses oleh berbagai kalangan tanpa perlu mengadopsi sistem monetisasi seperti Battle Pass atau item kosmetik yang umum ditemukan pada game Free-to-Play.

Di tengah tekanan industri game yang banyak beralih ke model gratis dengan mikrotransaksi, Mojang tetap teguh mempertahankan konsep original Minecraft. Sejak perilisannya pada 2009, game ini telah berkembang ke berbagai platform tanpa kehilangan esensi awalnya. Dengan penjualan yang telah mencapai ratusan juta kopi di seluruh dunia, Minecraft berhasil menjadi game yang terlaris sepanjang masa tanpa harus mengikuti tren Free-to-Play. Keputusan ini menunjukkan bahwa Mojang tetap fokus pada pengalaman bermain yang bebas dan kreatif bagi para pemainnya, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Naughty Dog Siapkan Mode Multiplayer Ambisius untuk The Last of Us

Naughty Dog baru saja menggelar acara tahunan The Last of Us Day dan memberikan kabar gembira bagi para penggemar. Dalam kesempatan ini, mereka mengonfirmasi bahwa mode multiplayer untuk The Last of Us sedang dalam tahap pengembangan. Meskipun belum ada bocoran mengenai tampilan atau mekanisme gameplay-nya, Naughty Dog menegaskan bahwa mereka akan membagikan informasi lebih lanjut setelah proyek ini benar-benar siap untuk diperkenalkan kepada publik.

Senior Manager of Communications Naughty Dog, Rochelle Snyder, menyatakan bahwa pihaknya memahami besarnya antusiasme komunitas terhadap mode multiplayer serta pembaruan terbaru untuk game ini. Saat ini, tim pengembang tengah fokus menggarap proyek tersebut dengan serius agar dapat menghadirkan pengalaman bermain yang maksimal. Sebagai langkah percepatan, Naughty Dog juga telah membuka sejumlah lowongan pekerjaan guna memperkuat tim produksi mereka.

Sebelumnya, sempat muncul bocoran dari file The Last of Us Part 2 yang dimana menunjukkan adanya fitur multiplayer, termasuk mode Factions dan Battle Royale. Informasi ini semakin memperkuat dugaan bahwa Naughty Dog sedang mempersiapkan pengalaman bermain yang lebih luas dan menantang bagi para pemainnya. Dengan reputasi mereka dalam menciptakan game berkualitas tinggi, mode multiplayer dari The Last of Us diprediksi akan membawa inovasi baru dan menjadi salah satu fitur yang paling dinantikan oleh para penggemarnya di seluruh dunia.

Spectre Divide Tutup, Mountaintop Studios Ikut Gulung Tikar

Industri game modern tidak lagi menjadi tempat penuh harapan dan keuntungan instan, melainkan arena persaingan ketat untuk mempertahankan pemain. Hal ini terbukti dengan nasib yang menimpa Spectre Divide. Baru enam bulan setelah perilisannya di Steam dan hanya beberapa minggu setelah debutnya di PlayStation 5 serta Xbox Series X/S, game ini telah mengumumkan penutupan layanannya.

Game FPS shooter 3v3 berformat free-to-play tersebut hanya memiliki waktu 30 hari sebelum servernya resmi ditutup. Lebih buruk lagi, studio pengembangnya, Mountaintop Studios, juga tidak mampu bertahan dan terpaksa menghentikan operasionalnya. Kabar ini disampaikan langsung oleh CEO Nate Mitchell melalui akun X resmi game, memberikan pukulan telak bagi para penggemar dan tim pengembang.

Keputusan ini diambil karena peluncuran Season pertama dari Spectre Divide gagal mencapai target yang diharapkan, menyebabkan studio kehabisan dana untuk mempertahankan proyeknya. Padahal, saat pertama kali dirilis, game ini sempat menarik sekitar 400 ribu pemain dengan jumlah pemain bersamaan (peak concurrent) mencapai 10 ribu. Namun, seiring waktu, jumlah pemain terus menurun drastis hingga di bawah seribu, sebuah angka yang menandakan game live service sudah berada di ambang kehancuran.

Dengan penutupan server dalam waktu sebulan, pemain yang telah melakukan transaksi di Season pertama akan menerima pengembalian dana penuh. Hal ini memberikan sedikit kelegaan bagi mereka yang telah berinvestasi dalam game ini. Fenomena semakin banyaknya game live service yang tutup, seperti Concord dan Suicide Squad, sementara game lain seperti Marvel Rivals justru meraih kesuksesan besar, menunjukkan bahwa pemain kini semakin selektif. Developer dan publisher tidak lagi bisa sekadar merilis game gratis dengan harapan keuntungan besar dari microtransaction yang berlebihan.