Tag Archives: Pengembangan Game

https://miaritz.com

Bethesda Dukung Skyblivion meski Rilis Oblivion Remastered

Bethesda baru saja merilis The Elder Scrolls IV: Oblivion Remastered, sebuah pembaruan visual yang telah lama dinanti oleh banyak penggemar. Remaster ini, yang dikembangkan oleh Virtuos, memberikan pengalaman visual yang lebih segar untuk game legendaris tersebut. Meskipun demikian, Bethesda tetap memberikan dukungan penuh terhadap proyek mod fan-made Skyblivion, yang bertujuan untuk menghadirkan Oblivion dalam grafis dan mekanik dari mesin Skyrim. Rilis remaster ini sempat menimbulkan kekhawatiran bagi tim TESRenewal, yang saat ini sedang mengerjakan Skyblivion. Namun, Bethesda dengan tegas memastikan bahwa proyek tersebut tetap berjalan tanpa gangguan dan bahkan memberikan kunci game Oblivion Remastered kepada seluruh anggota tim pengembang mod tersebut sebagai bentuk dukungan.

Pernyataan optimis datang dari tim Skyblivion, yang dipimpin oleh Rebelzize, yang mengungkapkan bahwa meskipun Oblivion Remastered sudah dirilis, proyek mereka tetap akan berjalan sesuai rencana. Bethesda sendiri mengonfirmasi bahwa mereka akan terus mendukung pengembangan Skyblivion dan tidak akan menghalangi ambisi tim modders tersebut. “Kami sangat berterima kasih atas segala dukungan yang telah diberikan kepada kami,” ujar tim TESRenewal dalam unggahan mereka di media sosial.

Skyblivion dijadwalkan untuk dirilis pada tahun ini, dan meskipun remaster telah hadir, mod ini tetap menjadi pilihan menarik bagi penggemar yang menginginkan pengalaman bermain Oblivion dengan grafis yang lebih modern dan mekanik yang lebih halus ala Skyrim. Di sisi lain, Oblivion Remastered telah mencatatkan lebih dari 182.298 pemain aktif secara bersamaan di Steam, yang menunjukkan betapa besar antusiasme penggemar terhadap game yang dirilis lebih dari satu dekade yang lalu. Dengan kedua proyek ini, penggemar The Elder Scrolls kini memiliki lebih banyak pilihan untuk menikmati dunia Oblivion dengan cara yang baru dan lebih menyegarkan.

Judul: Star Citizen Kian Ambisius dengan Dana Rp12,8 Triliun, Tapi Rilis Masih Jadi Misteri

Proyek game luar angkasa ambisius besutan Cloud Imperium Games, Star Citizen, kembali menjadi sorotan. Game ini telah mengumpulkan dana fantastis yang kini menembus angka 800 juta dolar AS atau sekitar Rp12,8 triliun. Meskipun telah berjalan lebih dari satu dekade sejak kampanye awalnya di Kickstarter pada tahun 2012, versi final dari game ini masih belum terlihat jelas. Awalnya dijadwalkan rilis pada 2014, skala proyek yang terus membesar membuat Star Citizen terseret ke dalam pusaran penambahan fitur tanpa ujung atau yang dikenal sebagai “feature creep.”

Saat ini, Star Citizen masih berada dalam tahap paid alpha dan terus mendapatkan pembaruan reguler. Dalam kurun 11 bulan terakhir saja, Cloud Imperium berhasil meraih tambahan dana sebesar 100 juta dolar AS dari penjualan akses alpha serta paket kapal luar angkasa eksklusif yang menjadi daya tarik utama para pemain. Dukungan komunitas tetap tinggi, tetapi ketidakpastian rilis semakin menambah rasa penasaran banyak pihak.

Harapan kini mulai tertuju pada Squadron 42, spin-off dari Star Citizen yang berfokus pada gameplay single-player dengan narasi sinematik. Menghadirkan aktor-aktor papan atas seperti Mark Hamill, Gary Oldman, hingga Andy Serkis, game ini diklaim telah mencapai tahap “feature complete” sejak 2023 dan ditargetkan meluncur pada 2026. Namun, banyak yang masih skeptis mengingat sejarah penundaan panjang proyek induknya.

Pertanyaan besarnya kini, apakah Star Citizen akan menepati janji atau justru selamanya menjadi game yang tak kunjung selesai?

Star Citizen Sentuh Dana Rp12,8 Triliun, Tapi Kapan Game Ini Benar-Benar Rilis?

Proyek game luar angkasa ambisius Star Citizen garapan Cloud Imperium Games kembali menarik perhatian publik setelah berhasil mengumpulkan dana lebih dari $800 juta, atau sekitar Rp12,8 triliun. Namun, meskipun pengembangannya telah berjalan selama lebih dari 12 tahun, tanggal perilisan resmi game ini masih menjadi misteri. Star Citizen dimulai sebagai kampanye Kickstarter pada tahun 2012, dengan target rilis awal di 2014. Namun, proyek ini mengalami “feature creep”, yaitu penambahan fitur yang terus-menerus hingga arah pengembangannya menjadi kabur. Hingga kini, game tersebut masih dalam tahap alpha berbayar, yang terus mendapatkan pembaruan namun belum menampakkan versi final. Dalam waktu kurang dari satu tahun terakhir saja, Cloud Imperium berhasil meraup $100 juta dari penjualan akses alpha serta paket kapal luar angkasa eksklusif, mencerminkan antusiasme komunitas yang tetap tinggi. Harapan pemain kini mulai beralih ke Squadron 42, spin-off single-player yang menjanjikan pengalaman sinematik dan menghadirkan aktor besar seperti Mark Hamill, Gary Oldman, hingga Andy Serkis. Game ini diklaim telah mencapai tahap “feature complete” sejak 2023 dan ditargetkan rilis pada 2026. Namun, banyak yang skeptis dengan jadwal tersebut mengingat riwayat penundaan proyek induknya. CEO Cloud Imperium, Chris Roberts, menyatakan timnya masih fokus penuh menyelesaikan game ini, tapi hingga kini Star Citizen tetap menjadi simbol dari proyek game paling ambisius sekaligus penuh kontroversi. Apakah penantian panjang ini akan menghasilkan sesuatu yang sepadan, atau malah berakhir menjadi mitos yang tak pernah terwujud?

Switch 2 Usung Performa Tinggi, Tapi Kompatibilitas dengan Switch Lama Jadi Pertanyaan

Nintendo Switch 2 datang sebagai penerus dengan kekuatan yang jauh lebih besar dibanding generasi sebelumnya. Konsol handheld ini dirancang untuk menghadirkan performa tinggi, sehingga mampu menjalankan berbagai game modern dengan lebih mulus dan tajam. Meski begitu, kehadiran Switch 2 memunculkan kekhawatiran dari para pemain lama—terutama soal nasib game-game dari Switch generasi pertama. Untungnya, Nintendo memberikan angin segar dengan memastikan bahwa konsol ini tetap mendukung backward compatibility, memungkinkan para pemain memainkan koleksi lama mereka. Beberapa judul seperti Breath of the Wild bahkan mendapatkan peningkatan kualitas grafis ketika dimainkan di Switch 2, memberikan pengalaman visual yang lebih maksimal.

Namun, karena adanya perbedaan arsitektur antara Switch dan Switch 2, pengalaman bermain game lama tidak sepenuhnya identik. Dalam sesi Ask a Developers, Takuhiro Dohta mengungkapkan bahwa sejak awal pengembangan, tim lebih menekankan peningkatan performa perangkat keras daripada mempertahankan kompatibilitas penuh. Ia menjelaskan bahwa penggunaan emulasi software secara total akan menguras daya secara signifikan dan berdampak pada daya tahan baterai. Untuk itu, Nintendo memilih pendekatan campuran—menggabungkan emulasi software dengan kompatibilitas perangkat keras. Meski bukan solusi sempurna, pendekatan ini tetap memungkinkan game Switch pertama berjalan di Switch 2. Pilihan ini menunjukkan bahwa Nintendo berupaya menyeimbangkan antara inovasi teknologi dan kenyamanan pengguna, meski konsekuensinya adalah kompatibilitas yang tidak sepenuhnya mulus. Tetap saja, bagi banyak penggemar, ini menjadi langkah maju yang cukup menggembirakan.