Category Archives: Multiplayer Games

Dark and Darker Mobile Siap Meluncur Global di Akhir 2024

Dark and Darker Mobile Siap Meluncur Global Akhir 2024

Dark and Darker Mobile, sebuah RPG yang menawarkan pengalaman eksplorasi dungeon, akhirnya mengonfirmasi jadwal perilisan globalnya. Game ini dipastikan akan hadir di perangkat mobile pada kuartal keempat tahun 2024.

Sebelum debut secara global, KRAFTON akan melakukan peluncuran awal (soft launch) pada Oktober tahun ini di Kanada serta memperkenalkan game ini kepada publik di ajang Gamescom.

Perpaduan Genre yang Menarik dalam Dark and Darker Mobile

Diumumkan pertama kali pada Agustus 2023 setelah KRAFTON memperoleh hak lisensi eksklusif, Dark and Darker Mobile menggabungkan elemen RPG, battle royale, dan dungeon crawling yang akan memberikan pengalaman bermain yang seru dan menantang.

Mengambil latar dunia abad pertengahan yang kelam, game ini mengajak pemain menjelajahi dungeon, menghadapi monster ganas, serta bertarung melawan petualang lain untuk bertahan hidup.

Baca Juga: 13 Hero Baru Hadir di EA Sports FC 25 Ultimate Team, Siapa Favoritmu?

Tersedia enam kelas karakter dengan kemampuan unik, memungkinkan pemain untuk membentuk tim bersama teman atau menjelajahi dunia sendirian dalam mode solo.

Game ini telah melewati beberapa fase pengujian, termasuk sesi beta tertutup yang berlangsung dari 1 hingga 11 Agustus 2024 di beberapa wilayah terpilih.

Dalam laporan keuangan kuartal kedua 2024, KRAFTON mengungkapkan hasil positif dari uji coba beta global yang telah dilakukan.

Baca Juga: Rekap KDA Pemain Terbaik MPL ID Season 14 di Minggu Pertama

Tidak seperti kebanyakan game berbasis sesi, versi beta Dark and Darker Mobile menghadirkan elemen non-kombat yang unik, memberikan pengalaman berbeda bagi para pemain. Selain itu, sejumlah perbaikan dalam sistem pertarungan serta antarmuka pengguna juga diterapkan berdasarkan hasil pengujian.

Jadwal Rilis Dark and Darker Mobile

Seperti yang telah dikonfirmasi sebelumnya, Dark and Darker Mobile ditargetkan rilis pada akhir 2024 dan akan tampil di Gamescom Jerman dalam waktu dekat.

Dengan rencana perilisan global pada kuartal keempat, game ini diperkirakan akan meluncur antara Oktober hingga Desember 2024.

Baca Juga: World of Tanks Panen Ulasan Positif, Kini Gratis di Steam!

Karena uji coba di Kanada berlangsung pada Oktober, kemungkinan besar game ini tidak akan langsung dirilis pada bulan yang sama. Jika melihat pola pengujian yang dilakukan pada Agustus dan Oktober, ada kemungkinan Dark and Darker Mobile akan resmi dirilis antara pertengahan November hingga Desember 2024.

Tetap ikuti perkembangan terbaru dari Indogamers untuk informasi lebih lanjut mengenai perilisan game ini!

Kenapa Sekuel Order: 1886 Dibatalkan? Inilah Penjelasan Co-Founder Ready At Dawn

Dalam dunia video game, ada beberapa judul yang tidak mendapatkan pengakuan selayaknya meskipun memiliki potensi luar biasa. Salah satu contoh yang sering dibicarakan adalah The Order: 1886. Game ini dirancang dengan nuansa steampunk yang khas dan gaya gameplay yang mengingatkan pada Dishonored, menjadikannya salah satu pengalaman eksklusif yang hanya bisa dinikmati di PlayStation 4 dan PlayStation 5.

Dirilis pada tahun 2015 oleh Ready At Dawn, The Order: 1886 sebenarnya merupakan game dengan kualitas visual luar biasa pada masanya. Detail dunia yang kaya dan atmosfer yang kuat menjadikannya sebagai sebuah mahakarya dalam aspek presentasi. Namun, terlepas dari awal yang menjanjikan, game ini tidak pernah mendapatkan sekuel—sebuah nasib yang tidak semua game eksklusif PlayStation alami.

Mengapa The Order: 1886 Tidak Mendapat Sekuel?

Banyak yang mengira bahwa keputusan Sony untuk tidak melanjutkan The Order: 1886 didasarkan pada penjualan yang kurang memuaskan. Namun, Andrea Pessino, co-founder Ready At Dawn, memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, bukan masalah penjualan yang menjadi penghambat, melainkan penerimaan kritik yang kurang baik dari media dan komunitas gamer.

“Saya tidak berpikir ini masalah angka penjualan,” ujar Pessino. “Saya rasa masalah utamanya adalah penerimaan kritis yang kurang baik. Sony adalah perusahaan yang sangat bangga dengan portofolionya, dan jika saja skor ulasan kami sedikit lebih tinggi, misalnya mencapai kisaran 70-an, saya yakin sekuelnya akan ada.”

Salah satu faktor utama yang membuat game ini kurang diterima adalah keputusan untuk memangkas banyak elemen penting dalam cerita dan gameplay. “Begitu banyak yang dipotong dari game ini,” lanjutnya. “Ada banyak bagian naratif yang lebih mendalam yang harusnya bisa memperkaya pengalaman, tetapi akhirnya dihapus. Hal-hal yang seharusnya menjadi interaktif malah berubah menjadi cutscene. Sejujurnya, kami membutuhkan waktu setahun lagi untuk menyempurnakan game ini, tetapi kami tidak mendapatkannya.”

Game yang Layak Mendapat Kesempatan Kedua

Terlepas dari semua kritik yang diterima, banyak pemain yang tetap menganggap The Order: 1886 sebagai salah satu game underrated di PlayStation. Bahkan, dengan harga fisiknya yang kini relatif murah, game ini tetap menawarkan pengalaman yang menarik bagi mereka yang ingin mencoba sesuatu yang berbeda dari game eksklusif PlayStation lainnya.

Dengan berkembangnya industri game dan adanya minat dari penggemar yang masih berharap akan kelanjutan cerita, mungkinkah suatu hari The Order: 1886 mendapatkan kesempatan kedua? Atau game ini akan tetap menjadi hidden gem yang hanya dikenang oleh para penggemar setianya?

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu pernah memainkan The Order: 1886 saat perilisannya? Jika iya, apakah menurutmu game ini layak mendapatkan sekuel?

Kontroversi Penjualan Barang Digital: Roblox Gugat PlayerAuctions di Pengadilan

Industri game kembali diguncang oleh konflik hukum antara Roblox Corporation dan PlayerAuctions, sebuah platform pihak ketiga yang memperdagangkan aset digital dari berbagai permainan. Roblox Corp. baru saja mengajukan gugatan hukum terhadap PlayerAuctions, menuduh situs tersebut telah melanggar hak merek dagang, mengganggu ekonomi virtual, serta merusak hubungan kontrak dengan pemain.

Gugatan ini bertujuan untuk menghentikan perdagangan Robux (mata uang virtual Roblox) dan item dalam game yang dilakukan di platform tersebut. Roblox Corp. juga mengklaim bahwa tindakan PlayerAuctions menurunkan nilai ekonomi virtual yang telah mereka bangun dan memberikan dampak negatif bagi komunitas pemain.

PlayerAuctions dan Perdagangan Barang Virtual

PlayerAuctions dikenal sebagai marketplace yang memungkinkan pemain membeli dan menjual berbagai aset digital, termasuk mata uang dalam game, akun premium, serta item langka. Meskipun platform ini telah beroperasi selama bertahun-tahun, keberadaannya sering dikaitkan dengan transaksi ilegal dan risiko keamanan.

Roblox Corp. menegaskan bahwa perdagangan semacam ini melanggar kebijakan resmi mereka dan membuka celah bagi praktik penipuan, pencurian akun, serta eksploitasi ekonomi dalam game. Selain itu, perusahaan juga mengungkapkan bahwa 8-10% pemain yang mengajukan banding atas pemblokiran akun mereka terkait transaksi uang nyata menyebutkan PlayerAuctions sebagai perantara.

Ancaman bagi Keamanan Anak-anak

Sebagai platform yang didominasi oleh pemain muda, Roblox sangat sensitif terhadap isu keamanan anak-anak. Dengan adanya pasar pihak ketiga seperti PlayerAuctions, risiko anak-anak terlibat dalam penipuan, peretasan akun, serta pencurian informasi pribadi menjadi semakin besar.

Dalam gugatannya, Roblox Corp. menegaskan bahwa aktivitas yang dilakukan PlayerAuctions tidak hanya merusak ekosistem game, tetapi juga membahayakan pengguna muda yang menjadi target utama mereka. Oleh karena itu, Roblox tidak hanya meminta ganti rugi tetapi juga mengajukan permohonan injeksi hukum untuk melarang PlayerAuctions menggunakan merek dagang mereka selama proses persidangan berlangsung.

Kontroversi di Balik Gugatan: Reaksi Komunitas dan CEO yang Menghilang

Di tengah gugatan ini, kontroversi lain turut mencuat. CEO Stewart Chisam, yang baru saja ditunjuk sebagai pemimpin baru Roblox, secara tiba-tiba menghapus akun Twitter-nya sebelum mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan.

Keputusan tersebut menuai kritik tajam dari komunitas dan karyawan yang terdampak, terutama karena mereka sedang berada dalam masa pemberitahuan delapan minggu untuk mencari peluang baru di industri game. Langkah ini memunculkan pertanyaan tentang arah kebijakan perusahaan dan bagaimana Roblox akan menangani tantangan ekonomi virtual mereka di masa depan.

Dampak bagi Masa Depan Ekonomi Virtual

Gugatan terhadap PlayerAuctions menunjukkan bahwa Roblox semakin serius dalam menjaga ekosistem digital mereka. Langkah ini juga dapat menjadi preseden bagi perusahaan game lain dalam menghadapi pasar pihak ketiga yang memanfaatkan ekonomi dalam game.

Namun, pertanyaan besar tetap ada:

  • Apakah tindakan hukum ini benar-benar akan menghentikan perdagangan ilegal Robux dan item dalam game?
  • Bagaimana Roblox akan melindungi pemainnya dari risiko yang ditimbulkan oleh pasar gelap semacam ini?

Sobat Esports, apakah kalian pernah menggunakan PlayerAuctions atau mengalami dampak dari transaksi ilegal dalam game? Bagikan pendapat kalian di kolom komentar! 🎮🔥

GTA V Capai 200 Juta Penjualan, Menjadi Salah Satu Game Terlaris Sepanjang Masa

Grand Theft Auto V (GTA V), sebuah permainan legendaris dari Rockstar Games, tetap bertahan sebagai salah satu game paling populer di dunia meskipun telah dirilis lebih dari satu dekade lalu. Tak hanya itu, meskipun sudah berada di pasaran selama bertahun-tahun, game ini terus menarik perhatian para pemain baru, bahkan dalam periode-periode diskon yang menjadikannya lebih terjangkau.

Kabar terbaru datang dari Take-Two Interactive, perusahaan induk Rockstar Games, yang mengumumkan bahwa total penjualan GTA V telah melampaui angka 210 juta kopi di seluruh dunia. Angka ini menunjukkan kesuksesan yang luar biasa dan bahkan melebihi ekspektasi banyak pihak, mengingat game ini pertama kali dirilis pada tahun 2013.

Peningkatan Penjualan yang Terus Meningkat

Pada laporan yang dirilis Take-Two, disebutkan bahwa GTA V terus laris manis dengan penjualan yang mencapai 5 juta kopi hanya dalam tiga bulan terakhir. Artinya, rata-rata 1,5 juta kopi terjual setiap bulannya, yang semakin membuktikan daya tarik game ini yang tak pernah pudar. Bahkan dengan hadirnya berbagai game baru, GTA V masih menunjukkan eksistensinya di pasar global.

Angka penjualan ini mengukuhkan GTA V sebagai salah satu game terlaris sepanjang masa. Total penjualan seluruh seri Grand Theft Auto, dari yang pertama hingga yang terbaru, kini telah mencapai 440 juta kopi di seluruh dunia. Tentu saja, ini menunjukkan betapa besar pengaruh dan popularitas yang dimiliki oleh franchise GTA yang telah menemani para gamer selama beberapa generasi.

GTA VI Menanti dengan Harapan Tinggi

Tak hanya berhenti di GTA V, Take-Two juga memberikan sedikit bocoran mengenai masa depan franchise ini. Banyak yang berharap bahwa GTA VI, yang sudah lama dinanti, akan menyusul kesuksesan pendahulunya. Meski sempat beredar rumor mengenai penundaan rilisnya, Take-Two memastikan bahwa game ini masih dijadwalkan untuk dirilis pada musim gugur tahun ini. Harapan besar pun bergantung pada apakah GTA VI bisa mengikuti jejak kesuksesan GTA V.

Dengan prestasi penjualan yang terus berkembang, GTA V telah mengukuhkan dirinya sebagai game yang tak hanya berpengaruh, tetapi juga mampu bertahan lama dalam sejarah industri video game. Kesuksesan ini menjadi bukti nyata bahwa Rockstar Games tahu bagaimana menciptakan pengalaman bermain yang tak terlupakan bagi penggemar di seluruh dunia.

Bagaimana menurut kalian, apakah GTA VI akan mampu menandingi pencapaian luar biasa GTA V? Tentunya, waktu yang akan menjawabnya!

Bloodborne 60FPS Patch: Kreator Terima ‘Surat Cinta’ dari Sony

Game Bloodborne masih menjadi salah satu judul yang paling diinginkan oleh para gamer untuk dapat hadir di platform lain selain PlayStation 4 (PS4). Banyak penggemar berharap game ini bisa mendapatkan pembaruan agar dapat dimainkan dengan grafis yang lebih maksimal dan performa 60FPS, baik di konsol generasi terbaru maupun PC.

Seorang kreator bernama Lance McDonald berhasil menciptakan sebuah patch khusus yang memungkinkan Bloodborne berjalan dengan 60FPS di PS4. Namun, baru-baru ini, McDonald mengungkapkan bahwa ia menerima permintaan langsung dari Sony terkait patch buatannya.

Sony Minta Patch Bloodborne 60FPS Dihapus

Melalui akun Twitter/X pribadinya, Lance McDonald membagikan kabar kurang menyenangkan. Ia mengaku menerima pemberitahuan resmi dari Sony Interactive Entertainment (SIE), yang meminta agar tautan unduhan patch Bloodborne 60FPS yang ia buat segera dihapus dari internet.

Dalam unggahannya, McDonald menjelaskan bahwa ia tak memiliki pilihan selain mematuhi permintaan tersebut. Ia mengonfirmasi bahwa semua tautan terkait patch tersebut telah dihapus.

“Pada 21 Februari 2021, saya membuat dan merilis sebuah patch untuk Bloodborne yang memungkinkan game ini berjalan di 60FPS. Hari ini, saya menerima pemberitahuan penghapusan DMCA atas permintaan dari Sony Interactive Entertainment untuk menghapus semua tautan patch yang pernah saya bagikan di internet. Jadi, saya sudah melakukannya,” tulisnya.

Reaksi Gamer: Kecewa, Tapi Berharap Ada Pertanda

Keputusan Sony untuk menghapus patch buatan Lance McDonald menuai reaksi kecewa dari para gamer. Banyak yang menyayangkan tindakan ini, terutama karena Bloodborne sendiri hingga kini masih eksklusif untuk PS4 tanpa ada tanda-tanda versi remaster atau rilis di platform lain.

McDonald juga mengingat kembali pertemuannya dengan Shuhei Yoshida, mantan Presiden Sony Interactive Entertainment. Ia mengungkapkan bahwa dirinya pernah memberi tahu Yoshida secara langsung bahwa ia telah membuat mod patch untuk Bloodborne agar bisa berjalan di 60FPS. Respons Yoshida? Ia hanya tertawa mendengar hal tersebut.

Di sisi lain, beberapa gamer justru merasa penasaran dengan waktu penghapusan ini. Mereka menduga bahwa tindakan Sony bisa jadi merupakan pertanda bahwa perusahaan tersebut tengah merencanakan sesuatu terkait Bloodborne. Dugaan ini muncul karena dalam beberapa waktu terakhir, Sony beberapa kali memberikan petunjuk misterius kepada penggemar Bloodborne, seakan-akan memberi harapan bahwa game ini akan hadir di platform selain PS4.

Apakah Sony Sedang Mempersiapkan Bloodborne Remastered?

Spekulasi mengenai versi remaster atau port Bloodborne ke PC dan PS5 bukanlah hal baru. Namun, hingga kini Sony belum memberikan pengumuman resmi terkait rencana tersebut. Keputusan untuk menghapus patch McDonald yang baru dilakukan sekarang tentu semakin memicu dugaan bahwa Sony mungkin sedang menyiapkan kejutan bagi penggemar.

Apakah ini pertanda bahwa Bloodborne akan segera dirilis ulang dengan versi yang lebih optimal? Ataukah hanya upaya Sony untuk tetap mempertahankan eksklusivitas game ini? Kita tunggu saja perkembangannya.

Bagaimana pendapat kalian tentang keputusan Sony ini?

Staf Pengembang Dragon Age Hengkang dari Bioware, Apa yang Terjadi?

Industri video game kembali menghadapi gelombang restrukturisasi besar. Setelah banyak perusahaan game melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perombakan struktural, kini Bioware, studio yang dikenal lewat Dragon Age dan Mass Effect, menjadi sorotan utama.

Laporan terbaru mengungkapkan bahwa sejumlah staf yang sebelumnya terlibat dalam pengembangan Dragon Age: The Veilguard telah meninggalkan studio tersebut. Apakah ini pertanda akan ada perubahan signifikan di Bioware?

Bioware Fokus pada Mass Effect, Beberapa Staf Tinggalkan Studio Isu ini mencuat setelah Gary McKay, General Manager Bioware, mengungkapkan pengumuman resmi di situs web studio. McKay menginformasikan bahwa Bioware kini memusatkan perhatian sepenuhnya pada proyek Mass Effect terbaru.

“Sejak 2023, kami telah memulai perubahan dalam cara kami mengembangkan game, dengan tujuan agar proyek mendatang tetap memenuhi standar kualitas tinggi yang kami prioritaskan,” jelas McKay.

Keputusan ini sejalan dengan rampungnya pengembangan Dragon Age: The Veilguard, yang memungkinkan studio untuk mengalihkan fokus dan sumber daya mereka sepenuhnya ke pengembangan Mass Effect baru. Beberapa veteran yang sebelumnya bekerja pada trilogi Mass Effect—seperti Mike Gamble, Preston Watamaniuk, Derek Watts, dan Parrish Ley—telah dipilih untuk memimpin proyek ini.

Namun, di tengah semangat tersebut, kabar beredar bahwa sejumlah staf yang terlibat dalam Dragon Age telah meninggalkan Bioware.

Staf Dragon Age yang Meninggalkan Bioware Kabar keluarnya staf ini pertama kali diketahui melalui unggahan mereka di media sosial Bluesky. Setidaknya lima orang kini mencari peluang baru setelah memutuskan meninggalkan Bioware.

Berikut adalah beberapa nama staf yang sudah dikonfirmasi keluar:

  • Karin Weekes – Editor Dragon Age
  • Trick Weekes – Narrative Designer & Lead Writer Dragon Age: The Veilguard
  • Ryan Cormier – Editor Bioware
  • Jen Cheverie – Producer Bioware
  • Michelle Flamm – Senior Systems Designer Bioware

Selain itu, Corrine Busche, yang sebelumnya menjabat sebagai Director Dragon Age: The Veilguard, juga telah meninggalkan Bioware pada 18 Januari 2025.

Dengan banyaknya staf yang hengkang, muncul spekulasi tentang arah baru yang akan diambil Bioware. Apakah ini hanya bagian dari restrukturisasi internal, ataukah akan ada perubahan besar dalam pendekatan pengembangan game mereka?

Bioware Menegaskan Komitmennya pada Mass Effect Baru Meskipun beberapa staf meninggalkan studio, Bioware tetap menegaskan komitmennya untuk menyajikan pengalaman terbaik bagi penggemar Mass Effect. Dengan keterlibatan para veteran yang telah berpengalaman di trilogi klasik, proyek ini diharapkan mampu menghidupkan kembali kesuksesan Mass Effect dalam dunia game.

Sementara itu, masa depan Dragon Age kini menjadi tanda tanya. Setelah rampungnya The Veilguard, banyak pihak yang penasaran apakah Bioware akan terus memberikan perhatian pada waralaba ini atau berfokus sepenuhnya pada Mass Effect.

Bagaimana pendapat kalian? Apakah perubahan ini akan memberi dampak positif untuk perkembangan game Bioware di masa mendatang? Kita tunggu kabar selanjutnya.

Loot Box di WWE 2K25 Bikin Heboh, Developer Siap Lakukan Perbaikan

Jakarta – Setelah mendapatkan banyak kritik dari komunitas gamer terkait mekanisme microtransaction dan loot box di WWE 2K24, 2K Games mengumumkan rencana untuk memperbaiki sistem tersebut dalam perilisan WWE 2K25 yang akan datang pada tahun 2025. Perusahaan game terkemuka ini berjanji akan memperbaiki masalah yang dirasakan oleh para penggemar terkait outfit eksklusif yang hanya bisa didapatkan melalui Loot Box, promo khusus, atau pembelian action figure.

Salah satu masalah utama yang dikeluhkan oleh para pemain adalah harga tinggi untuk base game, ditambah dengan biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk membeli Persona Card dengan outfit eksklusif. Hal ini semakin diperburuk oleh fakta bahwa beberapa kostum hanya tersedia jika pemain membeli produk fisik, seperti action figure tertentu, yang membuat banyak pemain merasa terbebani setelah mengeluarkan uang untuk membeli versi Anniversary Edition yang mahal.

Persona Card yang dijual dalam game memiliki mekanisme yang mirip dengan sistem microtransaction lainnya, seperti Ultimate Team di EA Sports FC atau MyTeam di NBA 2K. Namun, sistem ini tidak hanya menawarkan nilai keseluruhan yang lebih tinggi, tetapi juga membuka akses ke outfit eksklusif yang hanya bisa diperoleh dengan cara tertentu.

Beberapa dari outfit ini bahkan memungkinkan pemain untuk membawa kembali penampilan legendaris para pegulat, seperti John Cena pada tahun 2005 atau The Undertaker di tahun 1990. Namun, ada juga beberapa outfit yang memberikan kesan seperti action figure yang dirancang oleh Hasbro, yang dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi para penggemar setia WWE.

Menanggapi keluhan tersebut, Lynell Jinks, Creative Director 2K Games, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mendengar suara para pemain dan berkomitmen untuk memperbaiki pengalaman mereka dalam WWE 2K25. “Kami menyadari bahwa ini adalah isu yang sangat penting. Kami akan mempertimbangkan untuk memberikan bundle eksklusif untuk Persona Cards dengan outfit unik, atau mungkin melengkapi seluruh outfit eksklusif dalam edisi Anniversary,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jinks menambahkan bahwa timnya kini berfokus pada penciptaan pengalaman yang lebih memuaskan bagi pemain, di mana mereka tidak lagi merasa kesulitan untuk membuka akses ke konten yang telah dijanjikan, tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan yang memberatkan.

Dengan janji ini, para penggemar WWE berharap bahwa WWE 2K25 akan lebih menghargai pemain dan memberikan pengalaman yang lebih adil serta menyenangkan, tanpa terjebak dalam mekanisme microtransaction yang merugikan.

Mengeksplorasi Dunia Mitologi Mesir dalam God of War Terbaru

Franchise God of War yang dikembangkan oleh Santa Monica Studio sudah dikenal luas di kalangan para gamer, dengan seri terbaru, Ragnarok, yang meninggalkan banyak tanda tanya mengenai kelanjutan cerita Kratos. Akhir dari game tersebut membuka pintu kemungkinan besar untuk cerita baru di masa depan. Mengingat kesuksesan besar yang diraih seri ini sejak reboot-nya pada 2018, wajar jika para penggemar semakin penasaran dengan game selanjutnya.

Meskipun Sony dan Santa Monica Studio belum memberikan konfirmasi resmi tentang proyek game baru dalam seri ini, sebuah rumor mengejutkan baru saja muncul, mengarah pada tema mitologi yang belum pernah dihadirkan sebelumnya dalam game God of War: Mitologi Mesir.

Rumor Menyebutkan Mitologi Mesir sebagai Tema Game Selanjutnya

Sumber rumor ini berasal dari sebuah akun Twitter bernama @zvis_ceral, yang mengklaim memperoleh informasi dari Daniel “DanielRPK” Richtman, seorang insider industri game yang terkenal. Dalam klaimnya, Sony dilaporkan sedang aktif mencari aktor Timur Tengah untuk proyek game AAA misterius, yang dipercaya oleh banyak pihak sebagai game God of War yang akan mengusung tema mitologi Mesir.

Jika rumor ini benar, Kratos, sang protagonis, kemungkinan besar akan menghadapi para dewa-dewa legendaris dari mitologi Mesir seperti Amun-Ra, Osiris, Horus, dan Anubis. Tentu saja, jika tema ini diterima, para penggemar setia God of War akan disuguhkan pengalaman baru yang menarik dan penuh tantangan dalam menghadapi kekuatan supernatural dari dunia Mesir kuno.

Mitologi Mesir Pernah Jadi Pilihan, Namun Terabaikan

Menariknya, ini bukan pertama kalinya mitologi Mesir dibahas dalam konteks God of War. Dalam sebuah dokumenter tentang pembuatan game God of War (2018), Cory Barlog, Creative Director Santa Monica Studio, mengungkapkan bahwa sebelumnya mereka sempat mempertimbangkan mitologi Mesir sebagai latar utama cerita. Namun, setelah berbagai pertimbangan, mereka akhirnya memilih mitologi Nordik yang dikenal lebih dekat dengan tema game sebelumnya.

Keputusan ini ternyata memberikan dampak besar, dengan keberhasilan game tersebut menciptakan kisah yang mendalam dan karakter-karakter ikonik dari dunia Nordik. Namun, meskipun tema Mesir tidak dipilih di 2018, fakta bahwa hal tersebut pernah dibahas membuka kemungkinan besar untuk eksplorasi mitologi Mesir di seri selanjutnya.

Masa Depan God of War: Apa yang Akan Datang?

Rumor tentang game baru ini semakin menggema setelah Sony membatalkan proyek game live-service yang sebelumnya sedang dikembangkan oleh Bluepoint Games. Proyek ini sudah berjalan selama dua tahun sebelum akhirnya dibatalkan, yang menyebabkan kegagalan proyek live-service Concord. Meskipun demikian, ada kabar baik yang datang dari serial TV adaptasi game God of War, yang saat ini sedang dalam pengerjaan dan dijadwalkan tayang di Amazon Prime Video.

Hingga saat ini, belum ada konfirmasi lebih lanjut mengenai siapa yang akan memerankan Kratos dalam serial TV tersebut, ataupun cerita mana yang akan diadaptasi. Namun, dengan adaptasi TV yang semakin dekat, para penggemar memiliki banyak alasan untuk tetap bersemangat menyambut masa depan God of War, baik dalam bentuk game maupun film.

Dengan keberhasilan God of War yang terus berlanjut, hanya waktu yang akan memberitahukan apakah mitologi Mesir akan benar-benar menjadi latar belakang dari petualangan Kratos selanjutnya. Namun, jika rumor ini terbukti benar, maka perjalanan Kratos melawan dewa-dewa Mesir dapat menjadi salah satu chapter paling epik dalam sejarah franchise ini.

Garena Game Jam 2025: Mendorong Kreativitas Talenta Muda Indonesia

Industri gim di Indonesia terus mengalami kemajuan yang signifikan. Salah satu bentuk dukungan terhadap perkembangan ini diwujudkan oleh Garena Indonesia melalui penyelenggaraan lomba pembuatan gim kilat bertajuk Garena Game Jam: Back For Round 2. Acara tersebut berlangsung pada 24-26 Januari 2025 di Universitas Ciputra, Surabaya, Jawa Timur, dan berhasil menarik perhatian besar dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sebanyak 130 peserta berpartisipasi dalam tantangan untuk menciptakan gim dalam waktu 48 jam.

Hans Saleh, selaku Country Head Garena Indonesia, menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mendukung pengembangan talenta muda di bidang gim. “Kami kembali mengadakan Garena Game Jam di Surabaya dengan tujuan yang sama, yaitu memberikan dukungan kepada bakat-bakat muda yang memiliki potensi besar di industri gim,” ungkap Hans dalam pernyataannya kepada media pada Minggu (26/1/2025).

Jumlah peserta pada penyelenggaraan kali ini mengalami peningkatan dibandingkan edisi sebelumnya pada Desember 2023 yang hanya diikuti 100 peserta. Hal ini mencerminkan minat yang semakin besar dari generasi muda terhadap industri gim di Indonesia.

Selain kompetisi, Garena Game Jam: Back For Round 2 juga menghadirkan sesi mentoring sebagai upaya untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Salah satu sesi yang paling menarik adalah mentoring langsung dari tim pengembang global Free Fire, gim populer yang dikelola oleh Garena. Deputi Bidang Kreativitas Digital dan Teknologi Kemenparekraf RI, Muhammad Neil El Himam, berharap acara ini mampu menjadi langkah awal dalam menciptakan gim lokal berkualitas yang dapat bersaing secara internasional.“Kami optimis bahwa kegiatan ini dapat menjadi pemicu lahirnya gim lokal berkualitas yang mampu bersaing di pasar internasional,” kata Neil.

Ketua Tim Fasilitasi Gim, Animasi, dan Startup Teknologi Baru dari Kominfo RI juga memberikan apresiasi atas inisiatif yang dilakukan Garena. Menurutnya, program semacam ini dapat menjadi inspirasi bagi pelaku industri gim lainnya untuk terus berkontribusi dalam pengembangan sektor ini.

Para pemenang Garena Game Jam: Back For Round 2 berhak membawa pulang hadiah total senilai Rp 30 juta. Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk menghadiri acara IGDX bersama Garena Indonesia, membuka peluang kolaborasi dan pengembangan karier di dunia gim.

Melalui kompetisi ini, diharapkan semakin banyak talenta muda di Indonesia yang terdorong untuk menciptakan gim lokal dengan kualitas tinggi dan mampu bersaing di pasar global.

Garena Game Jam 2025: Wadah Kreativitas Talenta Muda Indonesia

Industri gim di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Salah satu bentuk dukungan terhadap kemajuan ini datang dari Garena Indonesia melalui penyelenggaraan lomba pembuatan gim kilat bertajuk Garena Game Jam: Back For Round 2. Kompetisi ini berlangsung pada 24-26 Januari 2025 di Universitas Ciputra, Surabaya, Jawa Timur, dan berhasil menarik minat besar dari para pelajar serta mahasiswa. Sebanyak 130 peserta turut serta dalam tantangan menciptakan gim hanya dalam waktu 48 jam.

Hans Saleh, Country Head Garena Indonesia, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung pengembangan talenta muda di sektor gim. “Kami kembali mengadakan Garena Game Jam di Surabaya dengan visi yang sama, yaitu mendukung bakat-bakat muda yang memiliki potensi besar di industri gim,” ungkap Hans dalam keterangannya kepada media pada Minggu (26/1/2025).

Jumlah peserta pada edisi kali ini meningkat dibandingkan dengan acara sebelumnya yang berlangsung pada Desember 2023, di mana hanya 100 peserta yang ambil bagian. Hal ini menunjukkan meningkatnya antusiasme generasi muda terhadap industri gim tanah air.

Selain kompetisi, Garena Game Jam: Back For Round 2 juga menghadirkan sesi mentoring sebagai bagian dari transfer pengetahuan. Salah satu sesi yang menarik adalah mentoring langsung dari tim pengembang global Free Fire, salah satu gim populer yang dikelola oleh Garena. Deputi Bidang Kreativitas Digital dan Teknologi Kemenparekraf RI, Muhammad Neil El Himam, menyampaikan harapannya agar acara ini menjadi langkah awal untuk melahirkan gim lokal yang mampu bersaing di kancah internasional. “Kami berharap acara ini menjadi katalisator lahirnya gim lokal berkualitas yang dapat menembus pasar global,” ujar Neil.

Ketua Tim Fasilitasi Gim, Animasi, dan Startup Teknologi Baru dari Kominfo RI juga mengapresiasi inisiatif Garena ini. Ia melihat program seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi pelaku industri gim lainnya untuk terus mendukung pertumbuhan sektor ini ke arah yang lebih baik.

Para pemenang dalam ajang Garena Game Jam: Back For Round 2 berhak mendapatkan total hadiah senilai Rp 30 juta. Selain itu, mereka juga akan berkesempatan mengikuti acara IGDX bersama Garena Indonesia, membuka peluang lebih luas untuk kolaborasi dan pengembangan karier di industri gim.

Melalui ajang ini, diharapkan semakin banyak talenta muda Indonesia yang termotivasi untuk menciptakan gim lokal berkualitas tinggi dengan daya saing di pasar global.